CEDERA OLAHRAGA STRAIN


A.    DEFINISI STRAIN
Cedera yang terjadi pada kesatuan otot dan tendon karena penggunaan berlebihan (over use) atau karena peregangan berlebihan (over stress). (Haikal milah).
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung (overloading). Pada cidera strain rasa sakit adalah nyeri yang menusuk pada saat terjadi cedera, terlebih jika otot berkontraksi (www.promosikesehatan.com).
Strain adalah hasil dari penggunaan otot atau struktur sambungan lain yang melebihi kemampuan fungsional. Strain dapat terjadi pada suatu cedera (akut) atau dapat terjadi karena efek komulatif dari penggunaan berlebihan yang berangsur-angsur sampai dengan serangan mendadak. ( gerlach pless burrell,1996)
Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan, atau stress yang berlebihan. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplet dengan perdarahan ke dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit dan nyeri mendadak dengan nyeri tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. (Brunner& suddarth, 2001)
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa strain adalah kerusakan pada jaringan otot yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung akibat dari peregangangan atau penggunaan otot yang berlebihan.
Acute Strain adalah trauma atau cedera yang baru-baru ini
Cronis Acute adalah trauma atau cedera yang merupakan hasil dari penggunaan berlebih atau menahun.

Strain (injury) - WikipediaLower Leg Muscle Strains | Musculoskeletal Injury
B.     KLASIFIKASI 
1.      Derajat I/Mild Strain (Ringan)
Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament. Peregangan ringan dari otot/tendon menghasilkan ketegangan pada saat dipalpitasi, memungkinkan ketegangan otot, tetapi tidak mengalami kehilangan rentang gerak sendi ( ROM), edema, atau ekimosis.
a.       Gejala yang timbul :
-          Nyeri local
-          Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
b.      Tanda-tandanya :
-          Adanya spasme/nyeri otot ringan
-          Bengkak
-          Gangguan kekuatan otot
-          Terganggu fungsi yang sangat ringan.
c.       Komplikasi
-          Strain dapat berulang
-          Tendonitis (peradangan tendon/iritasi tendon)
-          Perioritis
d.      Pertolonga pertama
-          Strain dan sprain derajat I atau ringan, yang harus dilakukan adalah istirahat dan tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut
e.       Penanganan
-          Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian istirahat, kompresi dingin secara intermitten pada 24 jam pertama kemudian pengompresan hangat, dan elevasi, terapi latihan yang dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.
-          Analgesic ringan dan obat anti inflamasi.
2. Derajat II/Moderate Strain (sedang)
Yaitu adanya cidera pada unit muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan. Peregangan sedang atau sobekan pada otot atau tendon yang mengasilkan spasme otot yang berat, nyeri pada gerakan yang pasif, dan edema segera setelah luka, diikuti dengan ekimosis.
a.       Gejala yang timbul
-          Nyeri local
-          Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
-          Spasme otot sedang
-          Bengkak
-          Tenderness
-          Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang.
b.      Komplikasi sama seperti pada derajat I :
-          Strain dapat berulang
-          Tendonitis
-          Perioritis
c.       Pertolonga pertama
-          Strain dan sprain derajat II atau sedang, yang harus dilakukan adalah RICE dan tindakan immobilisasi dengan cara balut tekan, spalk maupun gips. Membutuhkan waktu 3-6 minggu tergantung bagian tubuh yang mengalami cedera.
d.      Terapi
-          Penangannannya sama dengan strain derajat pertama, kecuali pada penggunaan es digunakan secara intermediet selama lebih dari 48 jam, setelah kompres hangat dilakukan. Mobilitas dibatasi selama 4-6 minggu, kemudian diikuti latihan yang bertahap. Tindakan pembedahan diperlukan pada kasus berat.
e.       Perubahan patologi
-          Adanya robekan serabut otot
3.      Derajat III/Strain Severe (Berat)
Yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yang cukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan sendi. Peregangan berat dan penggerusan komplit dari tendon/ otot yang menyebabkan spasme otot, ketegangan, edema, dan kehilangan pergerakan.
a.       Gejala :
-          Nyeri yang berat
-          Adanya stabilitas
-          Spasme
-          Kuat
-          Bengkak
-          Tendernes
-          Gangguan fungsi otot.
b.      Komplikasi :
-          Distabilitas yang sama.
c.       Perubahan patologi :
-          Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
d.      Pertolongan pertama
-          Strain dan sprain derajat III atau berat, yang harus dilakukan adalah RICE dan segera dirujukkan ke RSU untuk dijahit bila terjadi putus otot/tendo/ligamen atau dilakukan persambungan bila terjadi urai sendi..
e.       Terapi :
-          Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya. Penanganannya sama dengan derajat kedua.
Strain ringan ditandai dengan kontraksi otot terhambat karena nyeri dan teraba pada bagian otot yang mengaku. Strain total didiagnosa sebagai otot tidak bisa berkontraksi dan terbentuk benjolan. Cidera strain membuat daerah sekitar cedera memar dan membengkak. Setelah 24 jam, pada bagian memar terjadi perubahan warna, ada tanda-tanda perdarahan pada otot yang sobek, dan otot mengalami kekejangan.

Muscle Injuries & Strains | PROHEALTH PHYSIO | Lane Cove Physio

C.     Penyebab
Strain terjadi akibat dari peregangan atau kontraksi otot melebihi batas normal (Abnormal stress) dan umumnya terjadi karena pembebanan secara tiba – tiba pada otot tertentu. Jenis cedera ini juga terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap
Berbagai faktor risiko, antara lain:

  • Bentuk tubuh yang tidak ideal, sehingga membuat otot dan sendi tidak sepenuhnya menyokong gerakan saat berolahraga.
  • Perlengkapan yang tidak tepat, seperti sepatu yang sudah tidak layak pakai.
  • Tidak melakukan pemanasan sebelum olahraga, pemanasan berguna untuk meregangkan otot dan membantu mencegah otot keseleo saat berolahraga.
  • Tubuh lelah, sehingga saat beraktivitas performanya kurang baik.
  • Keadaan lingkungan, seperti permukaan tanah yang basah dan licin yang meningkatkan risiko jatuh.
umumnya, bisa terjadi akibat seseorang melakukan aktivitas berat, antara lain:
  • Berjalan atau berolahraga pada permukaan atau medan yang tidak rata;
  • Melakukan gerakan berputar saat olahraga, seperti dalam olahraga atletik;
  • Melakukan pendaratan atau jatuh pada posisi yang salah; dan
  • Teknik latihan yang salah saat berolahraga.
D.    Metode Tahanan Untuk Strain
Yang dimaksud metode tahanan adalah kita melakukan tahanan terhadap kontraksi otot pada satu/sekelompok otot/tendo yaitu dengan cara menahan bagian yang dekat dengan insersio otot-otot tersebut. bermanfaat untuk :
1.      Mengetahui derajat cedera yang terjadi.
2.      Melokalisir tempat cedera.
3.      Meyakinkan kondisi atlet apakah sudah sehat dan normal atau belum.
Mekanisme metode tahanan untuk strain :
a.       Pada waktu kontraksi otot kita tahan, maka si pasien akan merasakan nyeri di tempat cedera. Secara obyektif kita dapat memeriksanya dengan melakukan palpasi bagian otot yang dicurigai cedera.
b.      Selanjutnya bila kita tekan bagian yang cedera, si pasien akan merasakan nyeri dan bila dilakukan perabaan akan terasa cekungan yang dalam. Cekungan tersebut merupakan pertanda adanya robekan otot yang besar sehingga dapat ditetapkan sebagai strain derajat sedang dan berat.

E.     PENATALAKSANAAN RICE
Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu
1.      Rest (istirahat)
Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin.Jangan menaruh beban pada tempat yang cedera selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.

Setelah terjadinya cedera sebaiknya segera lakukan istirahat pada bagian yang mengalami cedera. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah agar cedera tersebut tidak semakin parah/meluas.
2.      Ice (es)
Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau semacamnya.Kemudian letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena dingin.

Terapi pendinginan dilakukan dengan cara memberikan atau menempelkan es pada bagian daerah cedera. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pendarahan jaringan dalam, melalui mekanisme kontriksi (menyempit untuk memperlambat aliran darah) dalam pembuluh darah di sekitar daerah cedera dan mengurangi peningkatan cairan eksudat dan sel darah putih yang mengakibatkan pembengkakan dan efek lainnnya adalah mengurangi rasa sakit.

Agar sensasi dingin mencapai sasaran cedera, biasanya dilakukan upaya kombinasi yaitu balut tekan disertai dengan pendinginan.

  Terapi pendinginan yang lazim adalah melakukan kompres dengan beberapa cara yaitu:
a.Cedera langsung direndam dalam air es (cedera jari tangan, jari kaki dan angkle).
b.Kompres dingin dengan batu es dengan cara dimasukan dalam kantong pembalut atau handuk kecil.
c.Ice pack yaitu dengan memasukkan batu es ke dalam kantong karet.
d.Evaporating lotion, zat kimia yang menguap dan mampu mengambil panas, misalnya : chlorethyl spray, alcohol 70%, spirtus, dll.

Yang harus diperhatikan bahwa dalam terapi pendinginan ini harus disesuaikan dengan lama waktu penempelan. Interval yang terbaik adalah 10-20 menit dan 20-30 menit tergantung pada daerah cedera. Untuk mempercepat proses penyembuhan dapat dibantu dengan obat penghilang nyeri (antalgin, neuralgin, panadol, aspirin, asetosal) dan obat anti inflamasi yang terbaik berasal dari golongan kortikosteroid).

Cara pengobatan dengan menempel es secara benar pada daerah yang cedera sangat membantu penderita, misalnya pada cedera fascilitis plantaris (cedera pada urat telapak kaki, sakit disekitar betis dan tulang kering, dan beberapa cedera lutut).
Penggunaan es untuk pengobatan cedera lebih ditekankan untuk:menghilangkan rasa sakit dengan jalan menghambat konduksi rasa sakit melalui serabut saraf kecil. Manfaat lain dari pengobatan cedera dengan es adalah: mengurangi kejang otot, mengurangi pembengkakan, pembekuan darah dan kerusakan jaringan. Keuntungan ini diperoleh selama 9-15 menit pertama setelah penempelan es.


Kontraindikasi Terhadap Penempelan Es

1. Jangan lakukan penempelan es, bila pasien peka terhadap dingin. 
2. Hindarkan penempelan es pada daerah kira-kira di bawah lutut bagian samping, hal ini dapat menyebabkan: partial paralysis (kelumpuhan sebagian badan), diakibatkan karena sraf peroneal terganggu.
3. Penggunaan penempelan es jangan melebihi waktu 20 menit untuk sekali penempelan, karena dapat menyebabkan: resiko peradangan karena dingin (frosbite), lepuh (blister) dan komplikasi lainnya.
3.      Compression (penekanan)
Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada daerah yang cedera.Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik.Balutan dilakukan dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.

Terapi diberikan dengan cara penempelan es dengan mengurut atau memberikan penekanan pada daerah yang mengalami cedera dengan cara membalut. Cara ini bertujuan untuk mengurangi terjadi pembengkakan, peradangan, dan mengurangi pergerakan pada daerah cedera. Penekanan dengan es tidak boleh terlalu lama, bila telah ada sensasi panas segera hentikan.

Bahan yang digunakan untuk membantu balut tekan adalah bahan yang elastis, biasanya dari perban/bandage, tensiokrep atau bahan lainnya yang sejenis. Terapi balut tekan ini tidak boleh terlalu lama dan kencang karena akan mengakibatkan aliran darah arteri tidak mampu mengalirkan darah ke bagian distal ikatan.
Ciri dari terlalu kencangnya ikatan balut tekan: denyut nadi bagian distal tidak teraba, jaringan semakin membengkak, sensasi nyeri dan sakit semakin hebat, warna kulit pucat kebiru-biruan.

4.      Elevation (peninggian)
Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera berada lebih tinggi daripada jantung.Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena, dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada jantung.Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi.


Terapi diberikan dengan cara menempatkan daerah yang mengalami cedera lebih tinggi dari jantung yang ditujukan untuk mengurangi pembengkakan dan pendarahan. Hal ini terjadi melalui mekanisme aliran darah arteri lambat (melawan gravitasi bumi), sehingga pendarahan berhenti. Sementara itu aliran darah vena menjadi lancar, sehingga pembengkakan berkurang. Dengan lancarnya aliran darah vena akan mempercepat pembuangan jaringan yang rusak melalui pembuluh getah bening.

Treatment for leg strain: MedlinePlus Medical Encyclopedia Image

F.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Foto rontgen untuk menyingkirkan kemungkinan fraktur
2.      Stress radiography untuk memfisualisasi cedera ketika bagian tersebut digerakkan
3.      Artroskopy (pembedahan lubang kunci) adalah prosedur pembedahan lutut untuk memperbaiki dan mengganti meniskus (cakram bentuk C yang melindungi lutut) yang rusak.

Atau dapatl akukan terapi dengan RICE pada 24 jam pertama, maka dilanjutkan dengan perawatan RICE kedua yaitu dengan cara pemberian kompres panas atau heat treatment. Tujuan dilakukannya terapi panas adalah untuk menguraikan faktor traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan masuk di sekitar tempat yang cedera), sehingga lebih mudah diangkut oleh pembuluh darah vena dan limfe. Manfaat lainnya adalah untuk mempercepat proses penyembuhan dan dapat mengurangi rasa sakit karena kekakuan otot atau instabilasi persendian.
Yang harus menjadi perhatian adalah bahwa perawatan panas tidak boleh diberikan pada waktu baru terjadinya cedera karena akan memperluas cedera dan memperhebat pendarahan dan pembengkakan akibat aliran darah yang cepat karena rangsangan panas. 

lain melakukan berbagai hal di atas, pasien disarankan untuk mengindari HARM (heat, alcohol, running, massage) pada area yang mengalami keseleo, selama 3 hari ke depan. Langkah ini disarankan untuk mempercepat proses pemulihan.
  • Heat (panas). Hindari mandi air panas, sauna, dan kompres panas. Hawa panas membuat pembuluh darah melebar dan mengingkatkan aliran darah, sehingga memperburuk peradangan dan memar.
  • Alcohol (alkohol). Jauhi konsumsi alkohol, karena bisa memperburuk peradangan dan pembengkakan, sehingga memperlambat proses pemulihan.
  • Running (lari). Tunda aktivitas olahraga seperti lari, karena bisa memperburuk cedera, khususnya pada tungkai atau kaki.
  • Massage (pijat). Pemijatan pada area yang keseleo dapat memperparah pembengkakan dan berisiko menimbulkan perdarahan. Pemijatan yang lembut baru boleh dilakukan 3 hari setelah cedera.
Selama 3-4 minggu berikutnya, penderita keseleo tidak boleh berolahraga atau menjalani aktivitas berat yang melibatkan bagian yang cedera. Namun demikian, hal ini tergantung pada kondisi keseleo yang dialami.
Konsumsi obat tidak diperlukan jika pasien hanya mengalami keseleo ringan. Namun demikian, obat pereda nyeri seperti paracetamol, atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti ibuprofen atau diclofenac, dapat digunakan. Sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat-obat tersebut.
Pada kasus keseleo berat diperlukan penanganan tambahan, misalnya penggunaan gips selama kurang lebih 10 hari. Hal ini untuk mengurangi pergerakan pada area yang keseleo. Jika robekan pada ligamen amat parah dan kondisi sendi sangat tidak stabil, dokter akan menyarankan pasien untuk menjalani operasi.
4.      PENCEGAHAN
Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama aktivitas. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta latihan yang tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga yang sesuai.




Comments